I Time. Semarang, Jawa Tengah – Hingga Kamis (30/10/2025), banjir yang melanda Kota Semarang belum menunjukkan tanda-tanda surut. Genangan air akibat sisa hujan deras kemarin masih merendam sejumlah wilayah, terutama di koridor utama seperti Jalan Kaligawe Raya hingga kawasan Genuk. Kondisi ini mengganggu aktivitas warga, menghambat mobilitas, dan memicu kekhawatiran akan dampak yang semakin meluas.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bergerak cepat dengan memperkuat Operasi Modifikasi Cuaca (OMC). Armada pesawat penabur bahan semai seperti Natrium Klorida (NaCl) dan Kalsium Oksida (CaO) ditambah untuk mengendalikan awan hujan yang terus mengepung Semarang dari berbagai arah. Langkah ini bertujuan menekan potensi hujan lebat agar genangan air dapat segera surut. Namun, tantangan besar masih menghadang karena awan konvektif dengan potensi hujan sedang hingga lebat masih terdeteksi oleh radar cuaca Stasiun Meteorologi Ahmad Yani.

Genangan Air dan Dampaknya
Pantauan Tim Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan (Pusdatinkom) BNPB mengungkapkan bahwa banjir masih merendam 15 kelurahan di tiga kecamatan, dengan total 22.669 jiwa terdampak. Sebanyak 39 orang terpaksa mengungsi, sementara tiga warga dilaporkan meninggal dunia akibat kecelakaan terkait banjir. Satu orang lainnya masih dalam pencarian, menambah duka di tengah situasi sulit ini.
Kondisi di lapangan menunjukkan genangan air yang cukup parah, terutama di Jalan Kaligawe Raya. Di depan Rumah Sakit Islam Sultan Agung, ketinggian air bahkan kembali naik hingga mencapai 90 sentimeter. Kendaraan kecil tak mampu melintas, memaksa banyak pekerja di kawasan industri Kaligawe menumpang truk besar untuk tetap dapat bekerja. Mobilitas yang tersendat ini memperparah dampak ekonomi lokal, terutama bagi pekerja harian.
Upaya Penanganan dan Kendala Struktural
Untuk mempercepat penanganan banjir, pompa air milik Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), PPSDA, dan BNPB dioperasikan tanpa henti. Air dari kawasan tengah hingga utara kota dialirkan menuju dua kolam retensi sebelum akhirnya dibuang ke Laut Jawa. Namun, upaya ini terkendala oleh debit air yang terus meningkat akibat kiriman dari hulu Sungai Tenggang dan Sringin. Meski wilayah hilir tidak lagi diguyur hujan, hulu sungai masih mengalami hujan deras, menyebabkan aliran air yang tak kunjung reda.
Faktor lain yang memperumit situasi adalah keberadaan proyek tol dan tanggul laut di Semarang. Infrastruktur ini dinilai memperlambat aliran air menuju laut, sehingga genangan di wilayah perkotaan sulit surut. Kondisi ini menunjukkan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap perencanaan infrastruktur di daerah rawan banjir seperti Semarang.
Baca juga : Program Magang Nasional 2025: Kesempatan Emas bagi Lulusan Baru dengan Upah Setara UMK
Tantangan dan Harapan ke Depan
Banjir yang seolah enggan pergi ini mencerminkan kompleksitas tantangan penanganan bencana di perkotaan. Kombinasi antara faktor alam, seperti intensitas hujan dan dinamika awan konvektif, serta faktor antropogenik seperti pembangunan infrastruktur, menciptakan situasi yang sulit diatasi dalam waktu singkat. Meski demikian, langkah strategis seperti Operasi Modifikasi Cuaca dan pengoperasian pompa air menunjukkan komitmen otoritas untuk meminimalkan dampak.
Warga Semarang kini berharap agar upaya ini segera membuahkan hasil, sehingga kehidupan mereka dapat kembali normal. Sementara itu, situasi ini menjadi pengingat akan pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan koordinasi lintas sektor untuk mencegah krisis serupa di masa depan.
Pewarta : Dandi Setiawan


1 thought on “Banjir Semarang Belum Surut: Upaya Modifikasi Cuaca Dikerahkan untuk Redam Krisis”