
itime.id – Klaten, Jawa Tengah. 2Novembet 2025.
Tak jauh dari Candi Prambanan, berdiri sebuah kompleks candi megah yang tak kalah memukau — Candi Sewu, peninggalan masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno yang hingga kini tetap menjadi simbol keharmonisan antara sejarah, legenda, dan spiritualitas Nusantara.
Meski bernama “Sewu” yang berarti seribu, kompleks ini sebenarnya terdiri dari sekitar 249 candi, dengan satu candi induk besar di tengah dan ratusan candi pendamping di sekitarnya. Candi Sewu merupakan candi Buddha terbesar di Jawa Tengah, dibangun pada abad ke-8 Masehi, bahkan lebih tua dari Candi Prambanan.
Sejarawan Dr. Bambang Setyawan dari Universitas Gadjah Mada menjelaskan,
“Candi Sewu adalah bukti kuat toleransi dan kemajuan budaya masa Mataram Kuno. Meskipun letaknya berdampingan dengan Candi Prambanan yang bernafaskan Hindu, keduanya berdiri damai berdampingan — melambangkan keharmonisan dua ajaran besar yang berkembang di Nusantara.”
Menurut prasasti yang ditemukan di sekitar lokasi, pembangunan Candi Sewu diperkirakan terjadi pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, penguasa Wangsa Syailendra. Arsitektur candi ini menampilkan keindahan seni Buddha Mahayana, dengan relief halus dan arca Bodhisattwa yang masih bisa dilihat hingga kini.
Namun di balik kemegahannya, masyarakat setempat juga mengenal legenda yang tak kalah menarik. Candi Sewu dipercaya terkait dengan kisah Roro Jonggrang, di mana Bandung Bondowoso membangun “seribu candi” dalam semalam untuk meminangnya. Walau jumlah sebenarnya tak mencapai seribu, legenda itu mengakar kuat di hati masyarakat dan menambah aura mistis di sekitar kawasan candi.
Arkeolog Ni Luh Diah Pertiwi dari Balai Pelestarian Kebudayaan Yogyakarta menambahkan,
“Candi Sewu adalah representasi arsitektur Buddhis yang sangat maju. Sistem tata letaknya mencerminkan filosofi mandala, yang menggambarkan perjalanan spiritual menuju pencerahan.”
Kini, Candi Sewu menjadi bagian dari kompleks wisata Prambanan, dan sering dijadikan lokasi penelitian, wisata edukasi, hingga kegiatan budaya. Saat matahari terbenam, bayangan candi-candi kecil di sekelilingnya menciptakan panorama yang memukau — menghadirkan suasana mistis sekaligus damai.
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Klaten, Sri Wulandari, S.Sos., dalam keterangannya kepada iTime.id menyampaikan,
“Candi Sewu bukan hanya warisan sejarah, tetapi juga jati diri bangsa. Kami terus berupaya melestarikannya agar generasi muda memahami bahwa leluhur kita memiliki peradaban tinggi dan semangat toleransi yang luar biasa.”
Dengan segala sejarah, legenda, dan keindahannya, Candi Sewu tetap menjadi warisan agung yang tak lekang oleh zaman, menjadi saksi bisu kebesaran budaya Nusantara yang patut dijaga, dirawat, dan diwariskan kepada generasi penerus bangsa.
Reina
