
itime.id – , 3 November 2025 .Kabar membanggakan datang dari dunia kerajinan Indonesia. Produk anyaman bambu karya perajin lokal kini sukses menembus pasar luar negeri dan mencatat omzet yang fantastik. Dari tangan-tangan kreatif para pengrajin di berbagai daerah, anyaman bambu Indonesia kini hadir di rumah-rumah hingga toko dekorasi di Jepang, Korea Selatan, Belanda, Amerika Serikat, dan Australia.
Daerah penghasil anyaman bambu tersebar di berbagai penjuru Nusantara — mulai dari Tasikmalaya (Jawa Barat), Yogyakarta, Jepara (Jawa Tengah), Salatiga, Wonosobo, Blora, Magelang, Banjarnegara, Banyuwangi (Jawa Timur), hingga Lombok (Nusa Tenggara Barat). Setiap daerah memiliki ciri khas motif dan teknik anyaman yang berbeda, menjadi daya tarik tersendiri bagi pembeli luar negeri.
Produk yang paling diminati antara lain keranjang dekorasi, lampu gantung bambu, perabot rumah, dan hiasan dinding alami. Selain memiliki nilai seni tinggi, produk-produk tersebut juga dikenal ramah lingkungan dan tahan lama.
Menurut Asosiasi Industri Kerajinan Nasional, nilai ekspor anyaman bambu Indonesia kini menembus Rp 75 miliar per tahun. Banyak pengrajin bahkan mencatat omzet ratusan juta rupiah per bulan berkat inovasi desain dan pemasaran digital.
“Dulu kami hanya menjual ke pasar lokal. Setelah ikut pelatihan dan memasarkan lewat media sosial, pesanan datang dari luar negeri,” ujar Sutarmi, pengrajin asal Tasikmalaya.
Sementara itu, Rina Wati, pengrajin asal Salatiga, menyebut bahwa pasar ekspor membuat semangat warga meningkat.
“Sekarang produk kami sudah rutin dikirim ke Australia. Pembeli suka karena semua bahan alami tanpa bahan kimia. Ini jadi peluang ekonomi baru bagi warga desa,” ujarnya.
Keberhasilan ini mendapat apresiasi dari Wali Kota Salatiga, Muh Haris, S.S., M.Si.
“Kami bangga karena pengrajin lokal mampu menembus pasar global. Pemerintah kota terus mendukung dengan pelatihan, promosi digital, dan akses modal bagi UMKM,” ujarnya
.
Dukungan juga datang dari Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana, yang menegaskan pentingnya sinergi antar-daerah.
“Industri bambu adalah wujud ekonomi hijau berkelanjutan. Kami akan terus mendorong agar produk bambu Indonesia makin kuat di pasar dunia,” katanya.
Pemerintah pusat melalui Kementerian Perindustrian turut menyoroti keberhasilan ini sebagai bukti bahwa kerajinan tradisional masih sangat potensial.
“Bambu bisa jadi ikon ekonomi hijau nasional, membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ungkap perwakilan Kemenperin.
Kini, berkat semangat dan kreativitas para pengrajin dari berbagai daerah, anyaman bambu Indonesia resmi naik kelas — dari produk tradisional menjadi komoditas ekspor bernilai tinggi yang membanggakan di kancah internasional.
Reina
