ITIMe.id – Solo 7 November 2025. Di balik anggunnya kota Solo atau Surakarta, tersimpan sejarah panjang para raja yang menuntun perjalanan budaya Jawa dari abad ke-18 hingga kini. Dari masa kerajaan hingga era modern, nama-nama raja Solo bukan hanya bagian dari sejarah, tetapi simbol kearifan dan jati diri masyarakat Jawa.

Berbeda dengan pemberitaan umum, itine.id menghadirkan kisah ini dalam balutan yang lebih hidup: bukan sekadar urutan nama, melainkan perjalanan nilai, gaya kepemimpinan, dan semangat yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
1. Pakubuwono II (1726–1749)
Dialah pendiri Kasunanan Surakarta Hadiningrat, setelah pusat kerajaan berpindah dari Kartasura akibat pemberontakan. Dengan tangan dinginnya, berdirilah keraton baru yang kini menjadi ikon budaya Jawa. Meski masa pemerintahannya penuh gejolak, Pakubuwono II dikenang sebagai raja pemersatu yang memulai babak baru sejarah Solo.
2. Pakubuwono III – V: Zaman Penataan dan Tantangan Kolonial
Di masa ini, kerajaan berhadapan langsung dengan pengaruh kolonial Belanda. Para raja berperan sebagai penjaga keseimbangan – mempertahankan budaya dan tradisi di tengah tekanan luar. Kraton bukan hanya pusat pemerintahan, tetapi juga benteng spiritual dan budaya masyarakat Jawa.
3. Pakubuwono X (1893–1939): Raja yang Dicintai Rakyat
Pakubuwono X dikenal luas sebagai raja modern dan rakyat cinta. Sosoknya visioner, bijaksana, serta peduli terhadap kehidupan sosial dan budaya rakyat. Banyak peninggalannya masih berdiri kokoh: mulai dari gapura bersejarah, busana kebesaran, hingga semangat kesetaraan dan cinta tanah air yang diwariskannya.
4. Pakubuwono XII (1945–2004): Raja di Era Republik
Seiring berdirinya Indonesia, peran politik raja mulai memudar. Namun Pakubuwono XII memilih jalan budaya. Ia menjaga agar kraton tetap hidup, menjadi pusat adat dan pelestarian nilai-nilai luhur. Di tengah perubahan besar, beliau tetap menegakkan wibawa budaya Jawa.
5. Pakubuwono XIII (2004–Sekarang): Menjaga Tradisi di Era Digital
Kini, Kasunanan Surakarta berada di bawah kepemimpinan Pakubuwono XIII, yang berupaya menyeimbangkan tradisi dan modernitas. Upacara adat, festival budaya, hingga kolaborasi seni menjadi cara baru kraton hadir di hati generasi muda.
Lebih dari Sekadar Tahta
Nama-nama besar para raja Solo tidak hanya meninggalkan istana dan simbol kebesaran, tapi juga filosofi hidup: “ngajeni, nerimo, lan eling marang sang pencipta”. Nilai-nilai itu masih terasa dalam keseharian masyarakat Solo hingga kini.
Kehidupan berubah, zaman berganti, tapi satu hal tetap abadi: jiwa halus dan teduh masyarakat Solo yang diwariskan dari para raja yang arif.
Infografik (Saran untuk Tampilan Web itine.id)
Judul: “Garis Waktu Raja Kasunanan Surakarta”
Isi visual bisa berupa:
- Pakubuwono II (1726–1749) → Pendirian Kraton Surakarta
- Pakubuwono III–V (1749–1820) → Masa Penataan & Kolonial
- Pakubuwono X (1893–1939) → Raja Rakyat Cinta
- Pakubuwono XII (1945–2004) → Penjaga Tradisi di Era Republik
- Pakubuwono XIII (2004–Sekarang) → Era Digital & Pelestarian
Desainnya bisa bernuansa cokelat keemasan dengan latar motif batik kawung atau parang, agar terasa elegan dan khas Solo.
Reina
