ITime.id – 8 November 2025 .Banyak orang mungkin bergidik mendengar kata ulat sagu, namun di sejumlah daerah di Indonesia Timur seperti Papua, Maluku, hingga Kalimantan, ulat ini justru menjadi makanan favorit yang lezat dan bergizi tinggi.

Ulat sagu merupakan larva dari kumbang merah yang hidup di batang pohon sagu yang mulai membusuk. Wujudnya memang unik, berwarna putih kekuningan dengan tekstur lembut, namun di balik penampilannya, tersimpan rasa gurih yang khas. Ketika digoreng atau dibakar, ulat sagu mengeluarkan aroma wangi dan cita rasa seperti perpaduan antara mentega dan daging ayam muda.
Selain rasanya yang nikmat, ulat sagu juga mengandung protein tinggi, lemak baik, serta berbagai vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Banyak peneliti bahkan menyebutnya sebagai sumber protein masa depan yang ramah lingkungan.
Di Papua, ulat sagu biasa disajikan dengan cara dibakar di atas bara api, dimakan langsung setelah matang, atau dijadikan campuran pada masakan tradisional. Sementara di Maluku, ulat sagu sering disajikan bersama papeda, menambah kenikmatan kuliner khas daerah tersebut.
Bagi yang belum terbiasa, mencoba ulat sagu mungkin terasa menantang. Namun bagi masyarakat setempat, makanan ini adalah bagian dari tradisi dan sumber energi alami yang sudah dikonsumsi turun-temurun.
Kini, kuliner unik ini mulai menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang untuk mencicipi sensasi berbeda di dunia kuliner Indonesia. Dari pasar tradisional hingga festival makanan eksotis, ulat sagu berhasil mencuri perhatian karena kelezatan dan manfaat gizinya.
Tak heran jika banyak yang kemudian sepakat, bahwa ulat sagu bukan sekadar makanan ekstrem, tetapi juga simbol kekayaan kuliner nusantara yang patut dilestarikan
Reina
