
iTime.id – Jakarta.31 Omtober 2025
Pasar modal nasional tengah berada dalam kondisi yang bisa dikatakan ‘gempar’. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat bergerak sangat fluktuatif beberapa waktu terakhir, menimbulkan gelombang ke seluruh sektor ekonomi. Data Terkini
- Pada perdagangan tanggal 28 Oktober 2025, IHSG ditutup di level 8.092,63, turun 24,52 poin atau sekitar 0,30%.
- Sementara itu, dalam periode pekan 20-24 Oktober 2025, IHSG tercatat menguat mencapai sekitar +4,5%.
- Menurut data dari platform, IHSG sempat berada di kisaran 8.271,72 pada 24 Oktober 2025.
Komentar Otoritas
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa gejolak yang terjadi merupakan bagian dari dinamika pasar yang wajar — namun tetap memerlukan perhatian. Ketua Dewan Komisioner OJK menyebut bahwa pergerakan saham-saham konglomerasi menjadi salah satu pendorong utama IHSG.
Selain itu, OJK juga menegaskan bahwa transaksi pasar modal harus berjalan secara wajar dan transparan untuk menjaga kepercayaan investor.
Kenapa Ini Mengguncang Ekonomi?
- Karena IHSG adalah barometer utama kepercayaan investor terhadap kondisi ekonomi nasional, fluktuasi tajam bisa memicu pengunduran investasi atau penarikan modal asing.
- Sektor riil bisa merasakan dampaknya lewat penghambatan pembiayaan, kenaikan biaya modal, serta melemahnya sentimen pengusaha untuk ekspansi.
- Pemerintah dan otoritas keuangan menghadapi dilema: sisi satu harus menjaga stabilitas pasar modal, sisi lain mendorong pertumbuhan ekonomi agar tidak tertahan oleh gejolak pasar.
- Walaupun IHSG sempat mencatat penguatan mingguan yang cukup signifikan, situasi penurunan maupun koreksi tetap nyata — menunjukkan bahwa pasar berada di fase risiko tinggi.
- Investor disarankan untuk menerapkan manajemen risiko lebih ketat, mempertimbangkan diversifikasi, dan tidak terjebak euforia saat pasar sedang naik.
- Pemerintah dan regulator perlu terus memberi sentimen positif dan kejelasan kebijakan untuk menjaga kepercayaan — karena pasar sangat sensitif terhadap kepastian regulasi dan ekonomi makro.
Dengan kondisi seperti ini, baik pelaku pasar saham, investor ritel, maupun pengambil kebijakan perlu menjaga kewaspadaan. Walaupun potensi rebound masih ada jika fundamental ekonomi tetap kuat dan kebijakan mendukung, ketidakpastian tetap menjadi bayangan utama.
Reporter: Tim Redaksi
Editor: Reina
Sumber: iTime.id
