iTime.id – Jakarta. 31 Oktober 2025.
Pagi itu, Jalan Yos Sudarso dipenuhi deretan mobil dan sepeda motor yang bergerak merayap. Klakson berbunyi bersahut-sahutan, sementara para pengendara terlihat lelah menunggu arus lalu lintas yang tak kunjung lancar. Kondisi ini sudah menjadi “ritual harian” bagi warga Jakarta Utara.

Rina (32), pekerja di kawasan Kelapa Gading, menuturkan pengalamannya:
“Berangkat kerja pukul 06.30, tapi baru sampai kantor pukul 08.30. Pulang sore juga sama, rasanya waktu habis di jalan. Capek banget.”
Kemacetan di Jakarta Utara dipicu oleh volume kendaraan yang terus meningkat, aktivitas bongkar muat di pinggir jalan, serta parkir liar yang mempersempit jalan. Menurut Dinas Perhubungan DKI Jakarta, volume kendaraan di wilayah ini naik sekitar 15% setiap tahun, terutama kendaraan pribadi dan ojek daring.
Di lokasi lain, Pak Budi (45), sopir angkot rute Sunter–Koja, menambahkan:
“Kadang satu jam cuma jalan 2 kilometer. Penumpang juga jadi bete karena lama di jalan.”
Ahli transportasi Dr. Hendra Santoso dari Universitas Trisakti menegaskan bahwa kemacetan Jakarta Utara menunjukkan perlunya perbaikan transportasi publik dan pengaturan arus lalu lintas yang lebih ketat:
“Jika transportasi publik tidak ditingkatkan, masyarakat akan terus bergantung pada kendaraan pribadi. Penataan jalan, jalur khusus, dan pengawasan parkir sangat penting,” jelas Dr. Hendra.
Pihak Dishub DKI Jakarta mengaku telah menurunkan petugas dan melakukan rekayasa lalu lintas di beberapa titik, namun belum mampu sepenuhnya mengatasi kepadatan.
Warga berharap pemerintah segera mengambil langkah nyata, termasuk penataan transportasi publik, pembangunan jalur khusus, dan pengawasan lebih ketat terhadap pelanggaran lalu lintas, agar Jakarta Utara tidak terus terjebak kemacetan yang melelahkan.
Reporter: Tim Redaksi iTime.id
Editor: Reina

1 thought on “Kemacetan di Jakarta Utara Bikin Warga Lelah, Perjalanan Sehari Bisa 2 Jam”