
iTime.id ,3 nkvembet 2025.Di tengah laju zaman yang serba cepat, ada kisah-kisah kehidupan yang tetap abadi, mengalir pelan namun meninggalkan kesan mendalam bagi siapa pun yang mau berhenti sejenak untuk mendengarnya. Kisah yang tak lekang oleh waktu, bukan tentang kemewahan atau kejayaan, melainkan tentang keteguhan hati, keikhlasan, dan makna hidup yang sederhana.
Adalah seorang pria tua di sudut kota Salatiga, setiap pagi masih setia membuka warung kopinya yang sederhana. Di bangku kayu yang sudah mulai usang, ia menyambut setiap pelanggan dengan senyum yang tak pernah pudar. “Hidup itu bukan soal berapa banyak kita punya, tapi seberapa tulus kita memberi,” ucapnya lirih, sambil menuangkan kopi hitam hangat.
Warung kopi itu telah berdiri lebih dari tiga dekade. Di sanalah, cerita-cerita tentang cinta, kehilangan, perjuangan, dan harapan bersilangan. Para pelanggan datang dan pergi, namun kehangatan dan kesederhanaan tetap sama seperti dulu. Bagi banyak orang, tempat itu bukan sekadar warung, tapi ruang kecil tempat mereka belajar tentang kehidupan.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa waktu boleh berjalan, wajah boleh menua, tetapi nilai-nilai kehidupan tidak pernah usang. Seperti aroma kopi yang tetap harum setiap pagi, begitu pula dengan makna hidup — selalu bisa dinikmati oleh siapa pun yang mau menghargainya.
Di tengah gemuruh dunia modern, kisah-kisah sederhana seperti ini menjadi pengingat bahwa kebahagiaan sejati bukan datang dari apa yang kita miliki, melainkan dari cara kita memaknai perjalanan hidup itu sendiri.
Penulis: Tim Redaksi iTime.id
Editor: Reina
