ITime.id – 5November 2025 .Siapa sangka, hewan kecil yang kerap diabaikan di kebun kini menjadi sumber penghasilan besar bagi banyak warga di Blitar (Jawa Timur) dan Sleman (DIY). Budidaya cacing tanah tengah menjelma menjadi bisnis prospektif yang mampu menopang ekonomi masyarakat pedesaan.

Para peternak di dua daerah tersebut memanfaatkan lahan sempit di sekitar rumah untuk membudidayakan cacing jenis Lumbricus rubellus. Dengan perawatan sederhana, hasilnya justru menggiurkan. Dalam waktu sekitar 40 hari, cacing siap panen dan bisa dijual ke berbagai sektor industri.
“Permintaan terus naik, terutama dari pembuat pakan ikan dan pupuk organik,” tutur Slamet Riyadi, pelaku usaha budidaya cacing di Desa Srengat, Blitar. “Dulu saya coba-coba, sekarang bisa hasilkan jutaan tiap bulan,” tambahnya.
Keuntungan utama dari usaha ini terletak pada efisiensi biaya. Media budidaya cacing hanya membutuhkan campuran kotoran sapi, jerami, dan tanah lembap. Bahkan sebagian peternak di Sleman sudah mengembangkan sistem budidaya terintegrasi, di mana kotoran cacing atau kascing dijadikan pupuk cair yang laku keras di kalangan petani organik.
Menurut data kelompok tani setempat, setiap 1 meter persegi media bisa menghasilkan 4–6 kilogram cacing siap jual per siklus. Harga di pasaran kini berkisar Rp 60.000 hingga Rp 90.000 per kilogram, tergantung kualitas dan permintaan.
Tak hanya mendatangkan keuntungan, budidaya cacing juga dinilai ramah lingkungan. Sisa limbah organik dari rumah tangga dapat dimanfaatkan sebagai pakan, sehingga membantu mengurangi volume sampah di sekitar permukiman.
Tren budidaya cacing kini mulai meluas ke berbagai wilayah lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dengan modal kecil, risiko rendah, dan prospek pasar yang stabil, usaha ini digadang-gadang menjadi salah satu peluang ekonomi baru di sektor agribisnis modern.
Reina
