I Time. Banyumas – Kabut tipis menyelimuti pagi di Baturaden, menari di sela-sela pepohonan pinus yang menjulang di lereng Gunung Slamet. Udara pegunungan yang lembap membawa aroma tanah basah, menciptakan kesegaran yang meresap hingga ke relung jiwa. Suara aliran sungai berpadu dengan kicau burung dari rimbunnya hutan, mengiringi setiap langkah pengunjung menuju ketenangan alam yang autentik.
Baturaden, kawasan wisata di Banyumas, Jawa Tengah, bukan sekadar destinasi liburan. Nama ini menyimpan legenda cinta antara prajurit dan abdi istana, kisah yang mengakar kuat dalam identitas budaya lokal. Kini, kawasan ini telah berevolusi menjadi ikon wisata alam yang menawarkan pesona visual sekaligus pengalaman menyatu dengan lingkungan.
Beragam fasilitas di Baturaden memanjakan wisatawan dari segala usia. Taman rekreasi, pemandian air panas Pancuran Pitu, hingga kolam renang alami dengan latar tebing hijau menjadi magnet tersendiri. Pemandian belerang alami di sini dipercaya memiliki manfaat kesehatan, seperti melancarkan peredaran darah dan menyehatkan kulit. Bagi penggemar petualangan, jalur menuju Curug Gede menawarkan tantangan menapaki jalan setapak berbatu, ditemani suara gemericik air dan udara sejuk yang menyegarkan.
Pilihan penginapan di Baturaden pun beragam, mulai dari vila keluarga hingga homestay warga yang menawarkan keramahan khas masyarakat lereng Slamet. Kuliner lokal seperti tempe mendoan, sate kelinci, dan wedang jahe hangat tersedia di kios-kios kecil yang ramai sejak pagi hingga sore, melengkapi pengalaman wisata dengan cita rasa tradisional.
Denyut Ekonomi dari Warga Lokal
Baturaden bukan hanya tentang keindahan alam, tetapi juga tentang kehidupan warga yang bergantung pada denyut wisata. Pedagang, pengelola parkir, hingga pemandu wisata lokal menjadi tulang punggung ekonomi kawasan ini. Salah satunya adalah seorang ibu paruh baya yang telah berdagang sejak awal 1990-an. Dengan meja kayu sederhana, ia menjajakan minuman tradisional seperti cendol, wedang jahe, dan kelapa muda. “Saya sudah tiga puluh tahun jualan di sini, dari anak masih kecil,” ujarnya sambil tersenyum ramah.
Baginya, Baturaden adalah ruang hidup yang menua bersamanya. Hari-hari ramai seperti masa Lebaran menjadi puncak penghasilan, yang bisa mencapai Rp500.000 per hari, jauh di atas rata-rata Rp200.000 di hari biasa. Izin berdagang yang diperpanjang setiap tahun seharga Rp800.000 menjadi investasi kecil demi keberlangsungan usahanya. Ia mengisahkan pengalaman lucu ketika ada pengunjung yang lupa membayar karena terlalu asyik berfoto. “Ya sudah lah, mungkin rezekinya bukan di situ,” katanya sambil tertawa.
Minuman dan sate kelinci menjadi primadona di lapaknya, membantu keluarganya memenuhi kebutuhan sehari-hari. Harapannya sederhana: pengelola wisata dapat menambah fasilitas untuk menarik lebih banyak pengunjung, sehingga pedagang seperti dirinya bisa lebih sejahtera.
Atraksi Keberanian di Tebing Baturaden
Di sisi lain, Baturaden juga dikenal dengan atraksi lompat tebing yang memacu adrenalin. Rio, seorang pemuda lokal, menjadi salah satu pelompat tebing yang tampil setiap akhir pekan. “Cuma ngisi waktu luang aja, pas libur kerja saya cari tambahan di sini,” ujarnya dengan senyum malu-malu. Tanpa peralatan modern, atraksi ini mengandalkan keberanian dan keterampilan berenang yang diasah sejak kecil. “Persiapannya cuma satu, harus berani,” katanya singkat.
Wisatawan kerap memberikan uang seikhlasnya setelah menyaksikan aksi Rio dan rekan-rekannya. Meski terlihat berisiko, Rio mengaku belum pernah cedera. Baginya, keberanian adalah hasil dari kebiasaan dan rasa percaya diri menghadapi alam. “Yang paling menegangkan kalau lompat bareng berlima,” ujarnya sambil terkekeh, menyebut momen itu sebagai wujud kebersamaan.
Atraksi lompat tebing ini bukan sekadar hiburan, tetapi tradisi turun-temurun yang hidup dari semangat spontan warga lokal. Rio berharap kegiatan ini mendapat pembinaan lebih baik agar lebih aman dan dihargai secara layak.
Pesona Baturaden di Mata Wisatawan Asing
Baturaden juga memikat hati wisatawan mancanegara. Seorang pengunjung asal Taiwan, yang baru pertama kali datang, terpesona oleh kesejukan udara dan keindahan air terjun di kawasan ini. “Suasananya bagus, bersih, dan tertata,” ujarnya sambil berjalan perlahan di antara batuan sungai, sesekali berhenti untuk mengambil foto. Ia merasa suasana hijau Baturaden mengingatkannya pada kampung halamannya di Taiwan bagian selatan.
Meski memuji kebersihan dan keamanan area wisata, ia menyayangkan jalur menuju air terjun yang cukup menantang bagi pengunjung lanjut usia. “Teman saya tidak kuat naik karena terlalu tinggi,” katanya. Namun, kesan positifnya tak pudar. Ia berencana mempromosikan Baturaden kepada teman-temannya di Taiwan, menunjukkan foto-foto yang diambilnya sebagai bukti pesona kawasan ini.
Ruang Hidup yang Menyatukan
Baturaden bukan sekadar destinasi wisata, tetapi ruang hidup yang mempersatukan alam, budaya, dan manusia. Di sini, aroma wedang jahe bercampur dengan udara pegunungan, sementara kisah pedagang, pelompat tebing, dan wisatawan asing menyatu dalam harmoni. Keindahan alam menjadi sumber penghidupan sekaligus kebanggaan bagi warga lokal, yang terus menjaga warisan budaya dan tradisi di tengah perkembangan zaman.
Dari kabut pagi hingga sorakan di tepi tebing, Baturaden menawarkan lebih dari sekadar pemandangan. Ia adalah cerminan bagaimana alam dan manusia dapat saling melengkapi, menciptakan pengalaman yang tak hanya menyegarkan tubuh, tetapi juga menyentuh hati.
Pewarta : Reina

